TUGAS
MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR
“REMAJA
SEBAGAI KORBAN KELUARGA BROKEN HOME”
NAMA
: RIZKA ZALZA OKTAVINA
NPM
: 26312540
KELAS
: 1TB04
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur
saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatnya saya
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang berjudul
“Remaja sebagai Korban Keluarga Broken Home”.
Saya sadar,
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena, saya selaku penulis
juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
arahan, koreksi dan saran dari dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar supaya
dilain waktu tugas-tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Ilmu Sosial
Dasar dapat saya kerjakan dengan lebih baik lagi.
Harapan
saya, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya. Akhir kata saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Depok, 29 September 2012
Penulis
Daftar Isi
KATA
PENGANTAR
..........................................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................................
1
1.2 TUJUAN .......................................................................................................................... 2
1.3 PERUMUSAN MASALAH .............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI REMAJA ............................................................................................................. 3
2.2 PENGERTIAN BROKEN HOME
......................................................................................
5
2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BROKEN
HOME ...................................................... 5
2.4 PENGARUH BROKEN HOME TERHADAP
ANAK ..................................................... 7
2.5 GANGGUAN KEJIWAAN YANG
DIALAMI OLEH SEORANG BROKEN HOME .... 9
2.6 CARA MENGURANGI FRUSTASI BAGI
ANAK BROKEN HOME .......................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
.....................................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, mungkin tak jarang kita temui
sebagai anak remaja yang frustasi atau depresi karena beragam masalah yang
muncul dengan alasan, faktor utama adalah orang tua. Sebagai remaja, tentunya
kita tak asing lagi dengan kata “Broken Home” atau keluarga yang tidak
harmonis. Kata inilah yang biasanya menyelimuti rasa takut para remaja saat
ini, ketika kedua orang tua mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih
paham.
Masa remaja
merupakan masa dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan
menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa
peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses
perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja
membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya
terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah diketahui bahwa fungsi
keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa
kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut.
1.2
tujuan
Didalam
penulisan makalah ini bertujuan supaya orang tua lebih memperhatikan
perkembangan anak dan tidak hanya mementingkan egonya masing-masing seperti
berpisah atau bercerai, karena sikap orang tua itu sangat berpengaruh pada
perkembangan anak terutama remaja. Dan setiap anak akan selalu membutuhkan
dukungan dari kedua orangtuanya dan ingin lengkap mendapatkan kasih sayang dari
kedua orangtuanya langsung.
1.3 Perumusan masalah
· Apakah
definisi remaja?
· Apa
itu Broken Home?
· Apa
saja faktor-faktor penyebab Broken Home?
· Apa
saja pengaruh keluarga Broken Home terhadap anak?
· Apa
saja gangguan kejiwaan yang dialami oleh anak Broken Home?
· Bagaimana
untuk mengurangi frustasi bagi remaja Broken Home?
Bab ii
Pembahasan
2.1
definisi remaja
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak
lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53)
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12- 15 tahun, masa remaja pertengahan
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan antara usia 11-24 tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagian anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menjukkan tanda-tanda dewasa. Pada masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat fundamental dalam kehidupan baik perubahan fisik dan psikis (kejiwaan dan mental). (Menurut Abdul, hal : 2, 2009).
2.2 pengertian broken
home
Istilah “broken home”
biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang
tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua
tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah,
sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat.
Namun, broken home
dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak
berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering
terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir
pada perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi
anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu.
Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi
menuju kedewasaan.
2.3
faktor-faktor penyebab broken home
1. Terjadinya perceraian
Faktor pertama adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga; faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas, emosionalitas, dan kemampuan mengelola dan mengatasi berbagai masalah keluarga; pengaruh perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat.
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua
Ketidakdewasaan sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme dan egosentrime. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan segala cara.
3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab
Tidak bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang.
Faktor pertama adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga; faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas, emosionalitas, dan kemampuan mengelola dan mengatasi berbagai masalah keluarga; pengaruh perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat.
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua
Ketidakdewasaan sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme dan egosentrime. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan segala cara.
3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab
Tidak bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang.
4. Jauh dari Tuhan
Segala sesuatu keburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan terjadi.
5. Adanya masalah ekonomi
Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau.
6. Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak
Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya komunikasi.
7. Adanya masalah pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya broken home. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka.
1. Perkembangan Emosi Anak
Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006 : 96) “Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”.
Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi
Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006 : 96) “Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”.
Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi
Adapun dampak pandangan kelurga broken home terhadap perkembangan emosi remaja menurut Wilson Madeah (1993 : 42) adalah : Perceraian orang tua membuat terpramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi
Sedangkan menurut Hetherington (Save M.Degum 1999:197) “Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidak stabilan emosi”.
Ketidak berartian pada diri remaja akan mudah timbul jika peristiwa perceraian dialami oleh kedua orang tuanya, sehingga dalam menjalani kehidupan Anak merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. (Alex Sobur, 1985:282)
Anak yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan mudah terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (didalam Elida Priyitno. 2006 : 74) “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”.
Jadi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi Anak karena keluarga yang tidak harmonis menyebabkan dalam diri anak merasa tidak nyaman dan kurang bahagia.
2. Perkembangan Sosial Anak
Menurut Brim (dalam Elida Prayitno. 2006 : 81)
“Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara
efektif dalam kelompok atau masyarakat.
Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan
sosial Anak menurut Sunggih D Gunawan 1995 : 108 adalah :
Perceraian orang tua menyebabkan tumbuh pograan
infenority terhadap kemampaun dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi
takut untuk meluarkan pergaualannya dengan teman-teman.
Sedangkan willson Nadeeh (1993 : 42) menyatakan bahwa
:
Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak
yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
Dan dampak bagi Anak perempuan menurut Hethagton
(dalam santrok 1996 : 2000) menyatakan bahwa :
Anak perempuan yang tidak mempunyai ayah berprilaku
dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik
diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada
perkembangan sosial anak karena dari keluarga anak menampilkan bagaimana cara
bergaul dengan teman dan masyarakat.
3. Perkembangan Kepribadian Anak
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik
terhadap perkembangan kepribadian anak.
Menurut Westima dan Haller (dalam Syamsyu Yusuf 2001 :
99) yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan
ciri-ciri :
a. Berpilaku nakal
b. Mengalami depresi
c. Melakukan hubungan seksual secara aktif
d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang
2.5 gangguan kejiwaan
yang dialami oleh seorang broken home
Gangguan Kejiwaan Pada
Seorang Broken Home
Seorang yang hidup dari keluarga yang broken home
memiliki gangguan kejiwaan yang berbeda pada dari kebanyakan orang lain,
berikut diantaranya:
1. Broken Heart : si pemuda merasakan kepedihan
dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia sia dan mengecewakan.
Kecenderungan ini membentuk si pemuda tersebut menjadi orang yang krisis kasih
dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan sexual. Misalnya sex bebas,
homo sex, lesbian, jadi simpanan irang, tertarik dengan isteri orang, atau
suami orang dan lainnya
2. Broken Relation : si pemuda merasa bahwa
tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya
serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk si
pemuda
3. Broken Values : si pemuda kehilangan ”nilai
kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau
merusak yang ada hanya
Sikap negatif dalam
menghadapi Broken Home
1. Denial: si pemuda sepertinya tidak menunjukan
reaksi apa apa bahkan cenderung menyangkal : ah memang mereka begitu, tapi ah,
kenapa memang?” mereka tidak tertarik untuk membicarakannya . padahal justru di
saat saat seperti ini ia butuh bimbingan dan kekuatan dari orang lain yang
dapat membimbing dalam kebenaran.
2. Shame : si pemuda dibalik penyangkalannya
merasa begitu malu, akan keberadaan hidupnya. Ditunjukan dengan khayalan
khayalan”seandainya saya memiliki orang tua yang bahagia”.
3. Guilt : si pemuda merasa kecil hati karena
jangan-jangan keberadaannya juga salah satu penyebab keributan atau perceraian
mereka; atau merasa “kok saya tidak dapat berbuat apa apa sih”.
5. Insecure : si pemuda merasa kemana ia harus
lari, keluarga sudah menjadi tempat yang menakutkan, tidak aman dan damai.
Efek efek kehidupan
seseorang broken home:
1. Academic problem, seorang yang mengalami
broken home akan menjadi orang yang malas belajar, dan tidak bersemangat
berprestasi.
2. Behavioural problem, mereka mulai
memberontak, kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai
merokok, minum minum, judi, lari ketempat pelacuran.
3. Sexual problem, krisis kasih mau coba
ditutupi dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu.
4. Spritual problem, mereka kehilangan father’s
figure sehingga Tuhan, pendeta, atau orang orang rohani hanya bagian dari
sebuah sandiwara kemunafikan.
2.6 cara mengurangi
frustasi bagi remaja broken home
Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak
semakin terjerumus, tentunya diperlukan peranan orang tua. Selain itu,
dibutuhkan pengawasan ketat dari pihak sekolah dan itu menjadi kunci
keberhasilan pencegahan kenakalan remaja baik sebagai akibat broken home maupun
akibat hal lainnya. Peran orang tua dirumah dan peran sekolah menjadi kunci
keberhasilan pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan bebas. Kasih
sayang dan perhatian orang tua adalah langkah pertama.
A.
Berbasis Pendidikan Formal
Ruang kedua
bagi anak/remaja adalah pendidikan formal. Disini mereka bergelut dengan waktu,
menumpahkan sebagian besar energinya untuk mendalami berbagai ilmu pengetahuan,
bekalnya di kemudian hari ketika terjun di masyarakat. Institusi pendidikan
juga memiliki peran penting melanjutkan estapet orang tua dalam mendidik dan
membimbing anak-anaknya. Karena itulah, pendidikan formal harus berjalan
maksimal.
B.
Berbasis Masyarakat atau Sosial
Masyarakat
adalah tempat dimana orang-orang dengan berbagai latar belakang membentuk
sebuah sistem. Mereka hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang saling tergantung satu sama lain. Pencerahan berbasis masyarakat ini
diharapkan dapat menggugah, mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk sadar,
peduli, dan aktif terhadap remaja yang mengalami broken home.
Bab iii
Penutup
3.1 kesimpulan
Broken Home merupakan sebuah fenomena yang lazim pada
sekarang ini, anak-anak dari keluarga broken home banyak yang menjadi depresi
dan frustasi akibat perceraian kedua orang tuanya. Hal negatif terhadap sang
anak sebenarnya bisa dikurangi apabila
kedua orang tua peduli terhadap perkembangan anaknya. Apabila mereka bertengkar
jangan dilakukan didepan sang anak karena dapat menggangu psikolgis dari anak
itu sendiri. Selain itu, perhatian dan kasih sayang orang tua sangat diperlukan
untuk perkembangan anak. Ada baiknya, sebagai orang tua anda bersikap
selayaknya orang tua. Karena sesungguhnya anak adalah titipan Yang Maha Kuasa.
Artinya, suatu saat pasti akan diminta dan kembali kepada-Nya sebagai
Sang Pemilik Sejati. Orangtua berkewajiban mendidik dan membimbingnya. Mereka
dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan orangtuanyalah yang akan mengarahkannya
menjadi nashrani, yahudi, majusi atau muslim sejati, yang tentu akan dimintai
pertanggungjawaban kelak di akhirat nanti.
Daftar pustaka
No comments:
Post a Comment